Jumat, 16 Januari 2015

Hola

Alasan ngepost lagi cuman 1,rasanya gak etis aja udah lama ninggalin 'rumah' pas balik gak salam2. 2 tahun lebih terbengkalai, dan setelah baca ulang isi blog ini. Sadar bahwa dulu aku manja banget, masalah cinta/cowok/selingkuh sampe di emot2in gitu,tapi aku gak pernah nyesal nulis itu. Biarin jadi riwayat perjalanan hidupku yang suatu hari kelak bakal kuceritakan pada anaku dan melihat mereka tertawa melihat tingkah konyol ayahnya dulu.

2 tahun ini banyak hal baru yang kupelajari, yang intinya Soroako adalah zona nyaman yang bila kita terlena terlalu lama akan sulit bangkit menghadapi dunia luar. Awalnya sulit meninggalkan sahabat,orangtua dan kenangan di Soroako, dan jujur kuakui saat awal masa perpindahanku ke Madiun, temanku melihatku seperti orang asing, maksudku benar-benar asing. Bayangkan saja orang dengan perawakan orang Sulawesi yang cenderung bermuka "seram" di tambah logat yang tidak mirip Jawa dan Sulsel, aku bingung logat apa yang aku gunakan sampai sekarang, tapi itu mengalir begitu saja. Saat di Soroako dulu pelajaran terasa mudah, nilai 90 seperti hal biasa bagiku, dikelilingi fasilitas bagus dan orang-orang yang baik terhadapku, membuatku terlalu manja kala itu. Mengharapkan di tempat baru ini aku dapat menemui orang yang sama, kemudahan yang sama dan kenangan yang serupa. Sempat beberapa kali aku menangis karena tekanan yang mendadak itu tentu yang lain tak tahu, saat semua terlelap aku mulai "curhat" semua keluhku terhadap Allah, sungguh saya melakukannya walaupun saat saya menceritakannya sekarang terlihat lebay namun hanya hal itu yang dapat membuatku tenang sesaat. Aku mulai mengatur ulang mentalku, tak jarang cibiran ku dapatkan hingga menjadi terbiasa dengan semua itu, nilaiku yang diawal anjlok sekarang membaik. Aku belajar tiap malam dimana hal itu tak pernah kulakukan di Soroako dan hal itu memberikan hasil yang baik, aku juga mendapat beberapa sahabat disana yang serupa seperti di Soroako dulu, beberapa bulan berlalu dan aku sudah terbiasa, sudah nyaman berada disana. Sampai orangtuaku berkata bahwa aku akan dipindah ke kampung halamanku, Surabaya. Awalnya aku menolak hal tersebut, aku muak menjadi murid baru yang awalnya selalu saja sama, direndahkan, dicibir, dan untuk bangkit membutuhkan sesuatu yang benar-benar kuat. Tapi aku memaklumi kenapa orangtuaku dapat membuat keputusan seperti itu. Grade sekolah yang berbeda dan faktor keharmonisan antara kakek dan neneku disana (aku dan sodaraku numpang di kakeku saat di madiun) sewaktu2 dapat memberikan kerusakan mental yang lebih parah pada kami. Setelah meyakinkan diri dan berdoa kepada Makrokosmos( Allah) aku mengiyakan keputusan orangtuaku, toh disana aku akan lebih dekat dengan salah satu sahabatku dulu.. Aul





Bersambung..


*kalo sempat*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar